Hari 1,2,3.
“Kok rumah Mama kecil sekali? Kok kasurnya juga kecil?Kenapa kamar mandi Mama kecil sekali? Kenapa kamar mandi Mama tidak ada klosetnya? Kenapa Mama tidak punya nasi dan lauk? Kenapa?”
Hari 4,5,6.
“Kenapa Mama gak punya motor? Kenapa aku jalan kaki terus? Tapi aku suka naik becak dan angkot dan bis kota. Mama senang aku ikut ke Surabaya? Kenapa Mama senang aku ikut? Aku juga senang ikut Mama ke Surabaya.”
Hari 7,8.
“Rumah Karanggintungku ada tivinya, ada sofanya, ada kasurnya. Kasurnya besar, cukup buat aku, Papa dan Mama, cukup untuk guling-guling. Aku di sini brontokan semua, garuk-garuk terus kayak monyet”
Hari 9, di rumah.
“Aku senang sekali di rumah Karanggintung. Aku gak suka tinggal di Surabaya”
Btw, brontokan itu maksudnya adalah miliaria, pricky heat, alias keringat buntet. Kasihan benar rasanya melihat Sophie beruntusan sekujur badan, dari wajah sampai kaki gatal-gatal semua. Saking banyaknya, kalimat pertama yang diucapkan suami waktu pertama kali melihat Sophie adalah,
“Ayo pulang saja, Nok. Seminggu di Surabaya hidungmu jadi burik begitu”
Hahaha! Burik!
Indeed, there’s no place like home.