babysophie

Sophie dan SInar Mentari

Siang tadi, bebek-bebek lagi berkumpul di TU bawah menunggu hujan reda. Kami membahas siapa angkatan berapa. Ternyata, di Fakultas itu tidak ada angkatan 50-60an. Yang ada hanyalah bapak-bapak angkatan 30-40an yang sudah amat senior dan tentunya bebek-bebek dan yang terlahir di tahun 70-80an. Bu Endang dan Pak Karman adalah pengecualian, beliau berdua lahir tahun 60an.

Bu Endang bilang, tahun 84 beliau mulai kuliah. Dan mnuduh kami masih SD. Tentu saja salah, saya baru masuk SD 3 tahun kemudian! Dan, ketahuanlah klo saya adalah satu-satunya yang tidak merasakan masa TK. Mulai deh, di bahas rumah saya di Karanganyar yang jauh dari mana-mana itu. Sebegitu ndeso-nya kah shingga TK saja tidak ada?? Saya cuma nyengir. Ada TK kok, cuma di dekat TK ada orang yang memelihara banyak (angsa?). Dan Tanti kecil takut banyak. Huhuhu, memalukan.

“Oh, jadi ini balas dendam ceritanya. Mamanya gak pernah merasakan TK, sekarang anaknya dikirim ke PAUD sejak usia 2 bulan” What a comment.

Hmmm, iya ya. Timpang sekali urusan pendidikan usia dini emak – anak ini.

***

Jujur, opsi menitipkan si Gendhuk Sophie di TPA bukanlah sesuatu yang saya rencanakan dengan matang. Keputusan itu saya ambil Jumat (04/12), sehari sebelum Budhe Rukminah officially berhenti. Saya lagi menuju rumah BTP untuk minta tolong dicarikan asisten baru saat itu. Reflek, tanpa alasan yang bisa saya jelaskan, saya menghentikan motor di depan PAUD – TPA Sinar Mentari, tahu-tahu sudah ngobrol dengan Bu Rini sang Kepala Sekolah dan mengisi formulir pendaftaran.

Senin (07/12)  seharusnya menjadi hari pertama Sophie di Sinar Mentari. Tapi karena Sophie demam pada Sabtu malam, saya jadi tidak tega meninggalkannya. Saya yang bolos kerja. Selasa pagi saya mengantar Sophie ke sana dengan gembolan yang lumayan gedhe. Mulai dari baju ganti, pospak, ASIP dan botolnya, toilettries, lengkap tertata di tas biru Sophie. Padahal saya menjemputnya jam 12.30 loh. Ck ck ck, dasar emak-emak ya. Rabu, saya mengantar Sophie jam 6.30 karena saya ada kelas jam 7.00. Dan, saya minta Sophie dimandikan di sana. Hari ke tiga Sophie di Sinar Mentari, Bu Rini menyarankan Sophie tidak memakai pospak saja, karena di rumah saya tidak membiasakannya memakai pospak. Kata Bu Rini biar sekalian bisa diobservasi pola pipisnya sehingga nanti akan memudahkan toilet trainingnya.

Sementara itu, perburuan asisten baru belum juga ada titik terang. Ada yang sudah mau, tapi sehari sebelum waktu yang disepakati untuk mulai kerja malah berangkat ke Jakarta, katanya ada tawaran dengan gaji yang lebih tinggi. Ada BS yang terbiasa kerja di Jakarta yang mau jagain Sophie, tapi syaratnya Sophie harus diasuh dirumahnya. Ada sepupu Mbak Pengasuh Aya, tapi baru bisa mulai 2 minggu kemudian. Duuh, saya benar-benar pusing saat itu. Padahal saya sudah menurunkan ekspektasi saya loh, dari yang mau nginap jadi setengah hari tidak apa-apa. Tidak bisa masak dan gak pinter beres-beres rumah gak pa pa, selama bisa handle Sophie. Tapi ya kok gak ada juga.

Setelah seminggu berjalan, saya merasa kok saya tenang menitipkan Sophie di Sinar Mentari ya. Saya tidak lagi tergesa-gesa pulang setelah kelas selesai, karena saya tahu Sophie dalam asuhan orang baik, yang IA tidak akan menelantarkannya, phisical and emotionally. Lalu saya berdiskusi dengan suami, bagaimana klo Sophie dititipkan saja terus di TPA? Saya lebih nyaman dan tenang Sophie di TPA dibandingkan saat Sophie diasuh Budhe dirumah dulu karena dua alasan. Yang pertama, minum Sophie lebih banyak. Yah, mungkin karena pengaruh usia salah satunya ya. Tapi saya lihat para pengasuh di Sinar Mentari tanggap dengan kebutuhan minum Sophie. Klo Sophie terlihat haus ya mereka akan menghangatkan ASIP dan meminumkannya. Saya titip 5 jam, Sophie bisa menghabiskan 250-300 mL ASIP. Klo dulu sama Budhe, seringkali saya tinggal 3 jam Sophie belum juga minum jatah ASIPnya. Kata Budhe sih sebenarnya sudah minta minum, tetapi setelah digendong kok tidur lagi. Jadinya ya sudah, tidak disiapkan ASIPnya. Alasan kedua, Sophie mendengar hal-hal yang baik disana. Kata maaf, terima kasih dan tolong adalah kosa kata yang berseliweran setiap harinya, baik dari guru ataupun murid-murid yang sudah bisa bicara dengan baik. Bacaan murottal disenandungkan sepanjang hari dari ruang kantor yang bersebelahan dengan kamar tidur Sophie. Klo Sophie rewel, pengasuhnya akan melafalkan sholawat atau ayat kursi sambil menggendongnya untuk menenangkannya.

Sebenarnya, Sophie adalah bayi pertama yang dititipkan di Sinar Mentari. Selama ini rekor termuda anak yang dititipkan di sana adalah 1 tahun. Dalam brosur mereka juga menuliskan usia penitipan 1-6 tahun. Secara fisik, Sinar Mentari ini amat tidak representatif sebenarnya. Ya, namanya juga rumah tinggal di Perumahan yang dialihfungsikan. Sempit dan kurang bersih. Tapi saya bisa mengabaikan itu semua, mengingat ketelatenan dan kesungguhan mereka dalam mengasuh Sophie.

Saya tidak punya perbandingan karena saya tidak sempat melakukan survey. Alasan terkuat saya adalah faktor geografis saja. Sinar Mentari hanya berjarak 400an meter dari rumah saya. Tentunya ini sangat memudahkan saya dalam mengantar jemput Sophie. Di umurnya sekarang ini, Sophie belum bisa diajak naik motor, sehingga saya harus jalan kaki menggendongnya sambil menenteng gembolan Sophie yang aduhai beratnya itu. Betapa repotnya kalo saya memilih TPA  lain yang jauh jaraknya dari rumah saya.

Semoga Sophie tumbuh dengan baik ya, sehat terus.

babysophie, gawe

Introducing: Buteki

Saya mendapatkan panggilan baru, Buteki. Ibu Neteki. Bukan Busui yang sudah lazim digunakan. Bu Anis yang pertama kali memanggil saya dengan sebutan itu menjelaskan, itu untuk memotivasi saya terus memberikan ASI buat Sophie. Neteki is breastfeeding in Javanese. Jadi langsung dari pabriknya. Klo menyusui kan bisa dari botol.

Semoga saya beneran termotivasi karena ini ya. Jadi rajin mompa. Kebutuhan Sophie semakin banyak setiap harinya. Gembolannya ke TPA bisa sampai 400 mL sehari. Ya Allah, smoga ASI saya selalu cukup buat Sophie.

TPA??? Iyaa, akhirnya saya menitipkan Sophie di TPA setelah ditinggalkan Budhe 2 minggu yang lalu. So far saya tenang meninggalkan Sophie di TPA Sinar Mentari. Saya mempercayai pengasuh-pengasuhnya. Sophie si bayi rumpi sepertinya juga happy disana. Sejak lahir Sophie memang lebih nyaman berada dikerumunan banyak orang dari pada sunyi sepi sendiri di rumah bersama pengasuhnya.

Smoga keputusan ini baik buat Sophie dan saya ya….

babysophie

Bulan Kedua Sophie

Kebangetan saya ini ya. Saya baru mau mendokumentasikan perkembangan Sophie di bulan keduanya sekarang ini. Dan sepertinya akan singkat saja. Aduh aduh, meskipun dengan bangga saya katakan bahwa prognosis kondisi saya membaik, tetap saja krisis saya belum terlewati. I am still working on it.

Per tanggal 12 kemarin, berat Sophie 5,15 kg dengan panjang 58 cm. Sudah terlihat besar, apalagi ketika dijejerin sama Dik Fida yang belum genap 2 minggu. Beberapa baju new born-nya sudah tidak bisa dipakai lagi. Popok sudah masuk lemari diganti celana pop untuk kesehariannya. Dan mulai bisa didandani dengan dress-dress lucu ^_^

Di bulan keduanya ini Sophie mendapatkan imunisasi DPT1, Polio2, HIB1 (dalam single dose Pediacel) dan Hepatitis B2.

Hal yang paling saya sukai adalah Sophie sudah interaktif. Klo saya dekatkan wajah saya ke wajahnya sambil mengajaknya ngobrol, Sophie akan menyahut dengan coo-coo nya dan senyum lebarnya yang kadang meledak jadi tawa yang panjang. Senang sekali melihat senyum yang memamerkan gusi itu, hehehe.

Trus, Sophie mulai menyadari keberadaan anggota gerak tubuhnya. Kakinya suka sekali menendang-nendang. Mulai dari udara sampai ember mandinya yang membuat saya kadang panik berusaha melindungi kepalanya agar tidak terbentur. Klo tangan, Sophie mulai suka mengemut jemarinya. Awalnya punggung tangan, lalu jari-jari secara kolosal dan akhirnya sejak Kamis lalu Sophie menemukan jempolnya. Efek langsung dari kebisaan barunya ini adalah Sophie jadi lebih anteng, bisa ditinggal sedikit-sedikit. Kalo sudah mulai mengenyot jarinya, saya bisa melipir barang sebentar.

Sehat dan pinter terus Nak ya, we love you so much.