pwtajah, ume

Later is Later

Kmaren sore aku ma suami nengok Bu Agus, induk semang kami di RSIA Budi Asih. Beliau mengalami perdarahan hebat di usia kehamilannya yang ke 33 minggu. Hasil pemeriksaan menunjukkan placenta terlepas dari dinding rahim. Kasihan Adek Bayi, sempat meronta-ronta plus megap-megap kekurangan Oksigen 

Dasar suami suka mikir macem-macem yah, spanjang jalan kliatan banget klo dia lagi mikir. Selepas maghrib, kluar juga apa yang membebani pikirannya.

What if aku nanti hamil?

What if khamilanku bermasalah?

What if perlu tindakan emergency??

Aduh Mas, capek banget mikirin ituh skarang. Just let those dark thoughts in the corner of our head. Mikirnya ntar ajah klo memang dah di depan mata.Hobby kok nyicil pusing.

You are still here now. Kita nikmati ajah sdikit waktu yang tersisa inih tanpa mikir hal-hal yang akan punya masanya tersendiri nanti. Later is later.

bahanrenungan, pwtajah

Berubah

Everybody changes. Semua orang tau ituh. Aku? Tau juga lah. Aku percaya bahwa yang manusia ituh akan selalu berubah dalam hidupnya. Changing is one of life markers. Tapi klo perubahan ituh terlalu ekstrim, maka aku gak tau harus bagaimana menyikapinya.

Aku bicara tentang seorang teman. Dia adalah model ideal masa mudaku. Aku melihat idealismenya dan bagaimana ia menghidupi pilihan-pilihannya. Iya, aku mengagumi smua hal positif didirinya, yang kuat terpancar dari stiap tutur kata dan perbuatannya. Waktu berlalu. Aku berjalan bersamanya. Bukan berjalan sambil bergandengan tangan nan erat seh, maksudku adalah ktika aku melangkah ke utara, dia juga melangkahkan kakinya ke arah utara. Tapi kami tidak berjalan berdua saja. Kami berjalan dalam kerumunan masa yang lain, terpisah tapi bareng.

Dan tadi aku terhenyak. Aku melihat dia amat berbeda dari apa yang aku kenal. Dia masih cemerlang, tentu saja hal smacam ituh gak akan pernah hilang, tapi dia bukan lagi seperti dia yang pernah aku kenal selama inih. Smua kekuatannya mengalir pada suatu ambisi dan alasan superfisial yang, yah, yang aku gak tega untuk mengatakannya….

Apa yang terjadi??

Aku gak bisa memahami perubahan inih. Aku sulit mencernanya. Dan aku ktakutan atas apa yang terjadi padanya. If he’s faded away this bad, what about me? Diriku dan kapasitas minimku inih??

Allah, I am afraid. Aku takut akan tergelincir juga. Aku takut si temen inih smakin jauh juga. Dan yang terburuk, aku gak bisa melakukan apa-apa. Life, how can it be so hard to him???

pwtajah, ume

Brapa Lama Masa Berbukanya??

Aku dan suami lagi suka mendiskusikan hal gak penting akhir-akhir inih. Salah satunya adalah apa yang aku jadikan judul postingku kali inih.

Wlopun awalnya gak penting, stelah dipikir lagi ternyata menimbulkan banyak pertanyaan tambahan lainya. Wah, pusing klo harus menjawab pertanyaan-pertanyaan ituh. Karena, jujur, aku gak tahu.

I don’t know.

Jadi yah, dijalani ajah. Bisanya cuma ituh kan yah???

gawe, tan

Inget Tanti…

Pas aku di Sida Mulya, desa lokasi KKN bimbinganku yang airnya serupa dengan es jeruk dan baunya amat kaya mineral, Pak Bambang menelpon. Beliau menanyakan apakah aku sudah sampe di rumah. Aku bilang aku masih di Sida Mulya. Dan pembicaraan ituh berhenti di situ. Pak Bambang bilang hanya ingin tau saja. Aneh.

Ktika aku pulng, aku tau knapa Pak Bambang bertanya demikian. Aku melihat sisa kecelakaan di Hutan Karet Pageralang. Bis DAMRI tampaknya bertabrakan dengan sesuatu, bagian depannya ringsek berantakan. Aku menahan nafas saat melewatinya. Lega, bersyukur, miris, prihatin, entah apa namanya. Ituh adalah bis yang aku naiki saat berpamitan pada Pak Bambang di Kecamatan. Pak Bambang dan Panitia yang lain taunya aku pulang ke Pwt naek bis ituh. Mereka tidak tau klo aku memutuskan untuk turun di Kebarongan, nyamperin anak-anak KKN dulu.

Alhamdulillaah….

Sungguh, aku hanya bisa brucap satu kata ituh, Allah.