Uncategorized

My Energizer

Saya selama ini amat jarang lemes lesu meriang selama di Purwokerto. Tidak peduli secapek apapun yang saya rasakan ketika bertolak dari Surabaya pada malam sebelumnya, tidak memandang seberapa kurang tidur dan capeknya saya sepanjang minggu itu. Entah bagaimana prosesnya saya bisa tahan untuk tidak tidur siang dan berangkat tidur ketika malam mulai larut, non stop bermain ini-itu dengan Sophie, memasak lauk awet yang tinggal dipanaskan atau digoreng saja oleh suami saat saya di Surabaya, jalan-jalan hunting makan malam dan beredar di alun-alun dan juga belanja groceries saban sabtu malam, dan seterusnya. Semua itu karena Sophie.

Sophie
biarpun hidung meler tetap semangat bermain bersama Mama. Mumpung bersama, ya Soph.

Sophie selalu menunjukkan hal yang sama setiap saya pulang. Dia selalu memandang saya dengan mata berbinarnya saat menyadari kehadiran saya untuk pertama kalinya. Dia tersenyum menatap saya, lalu berlari menghampiri saya (dengan kecepatan supersoniknya) dan memeluk saya erat. Dia menolak tidur siang, karena ingin terus bermain bersama saya. Dia meminta saya untuk menemaninya bermain bersama kucing, memetik bunga yang baru saja mekar, menonton film yang sedang disukainya, bercerita tentang baju, teman sekolahnya, apa saja, atau hanya diam di pangkuan saya dan nyot-nyot leher saya.

Bagaimana mungkin saya tidak mengimbanginya dengan energi yang sama?

Ah, saya selalu punya sesuatu untuk diceritakan tentangnya. Dan semua itu rasanya belum cukup untuk menggambarkan betapa saya menyayanginya. Semakin panjang jangka waktu yang harus saya habiskan sendiri tanpanya, semakin membuat saya menyadari hal tersebut.